Wikipedia.org

Hasil penelusuran

Rabu, 09 Oktober 2013

Klasifikasi Makhluk Hidup


Pendahuluan


Makhluk hidup yang ada di sekitar kita sangat beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut ditunjukkan dengan adanya variasi bentuk, penampilan, warna serta ciri lainnya.
Beragamnya makhluk hidup yang ada di muka bumi ini mendorong diperlukannya suatu cara pengelompokkan agar makhluk hidup mudah dipelajari. Pengelompokkan makhluk hidup sama halnya dengan pengelompokkan yang dilakukan terhadap benda, misalnya pengelompokkan jenis sayuran berdasarkan persamaan cirinya. Misalnya kelompok sayuran sawi-sawian, terung-terungan dan cabai-cabaian.

Sistem Klasifikasi


Setiap spesies tumbuhan maupun hewan terdiri dari sejumlah individu sehingga seluruh spesies terdiri dari berjuta-juta individu. Antara satu spesies dengan spesies lain terdapat sejumlah perbedaan, antara lain ukuran, umur, bentuk tubuh (perawakan), pola warna dan jenis kelamin. Oleh karena jumlah individu serta keanekaragaman yang begitu besar, para ilmuwan biologi telah mengembangkan suatu sistem yang dapat memudahkan kita mempelajari dan mengenali makhluk hidup. Sistem tersebut adalah sistem klasifikasi. Pada sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan secara sistematis dan bertahap. Cabang ilmu biologi yang mengkaji pengelompokkan makhluk hidup disebut taksonomi.
Sistem klasifikasi makhluk hidup pertama kali dipelopori oleh Carolus Linnaeus pada abad ke-18. Prinsip klasifikasi yang digunakan oleh Linnaeus adalah pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri dan pemberian nama dengan sistem tata nama ganda.

Proses Klasifikasi


Makhluk hidup dikelompokkan berdasarkan persamaan dan perbedaan cirinya. Cara pengelompokkan berdasarkan ciri morfologi, anatomi dan fisiologi disebut sebagai klasifikasi sistem alami. Jika pengelompokkan tersebut juga memperhatikan sejarah evolusi suatu makhluk hidup, sistem klasifikasinya disebut klasifikasi sistem filogeni.
Cara pengelompokkan lainnya adalah klasifikasi sistem buatan, yaitu pengelompokkan berdasarkan persamaan ciri morfologi yang mudah dilihat. Misalnya, kelompok pohon yang berbuah dan buahnya dapat dimakan seperti pohon nangka, pohon jeruk dan pohon jambu.
Makhluk hidup yang memiliki persamaan ciri dikelompokkan bersama. Jika anggota makhluk hidup tersebut masih memiliki perbedaan, ia dipisahkan dalam kelompok yang lebih kecil. Misalnya, durian dengan kacang tanah dikelompokkan bersama karena memiliki persamaan ciri, yaitu bijinya berkeping dua. Namun, dalam kelompok tumbuhan berkeping dua masih ada perbedaan antara durian dan kacang tanah. Durian memiliki lebih banyak persamaan ciri, misalnya dengan kedondong dari pada dengan kacang tanah. Oleh karena itu, durian dikelompokkan bersama kedondong dalam kelompok yang lebih kecil.
Kegiatan pengelompokkan makhluk hidup menghasilkan kelompok-kelompok takson (jamak = taksa). Banyak dan sedikitnya persamaan atau perbedaan ciri antara anggota suatu kelompok makhluk hidup akan menentukan jenjang takson dan juga menunjukkan jenjang kekerabatannya.
Jenjang takson menunjukkan bahwa setiap kelompok besar makhluk hidup terdiri dari kelompok kecil makhluk hidup. Dengan kata lain, kelompok kecil makhluk hidup dengan kesamaan ciri tertentu membentuk kelompok makhluk hidup yang lebih besar. Spesies merupakan unit dasar dari klasifikasi dan merupakan takson yang sebenarnya. Takson lainnya merupakan takson buatan sehingga dapat berubah dengan adanya data atau interprestasi baru. Urutan jenjang takson mulai dari yang tertinggi ke terendah adalah sebagai berikut. Anggota dari spesies yang sama memiliki persamaan ciri umum yang sama, sehingga dijadikan satu kelompok. Kelompok-kelompok spesies membentuk genus. Kelompok-kelompok genus membentuk famili. Kelompok-kelompok famili membentuk ordo. Kelompok-kelompok ordo membentuk kelas. Kelompok-kelompok kelas membentuk filum (untuk hewan) dan membentuk divisi (untuk tumbuhan). Kelompok-kelompok filum atau divisi membentuk kingdom.
Contoh klasifikasi, misalnya singa (Panthera leo), harimau (Panthera tigris) dan macan tutul (Panthera pardus) memiliki banyak persamaan ciri sehingga dikelompokkan dalam kelompok genus yang sama, yaitu Panthera (kelompok mamalia besar, buas dan pemakan daging). Panthera memiliki beberapa persamaan dengan genus Felis, yaitu kelompok mamalia berambut halus, kecil dan bertubuh lentur. Panthera dan Felis, membentuk famili Felidae. Famili Felidae, Canidae (suku anjing dan serigala) dan famili Ursidae (suku beruang), serta kelompok pemakan daging lain membentuk ordo Carnivora. Ordo Carnivora dan rodentia (pengerat) membentuk kelas Mammalia.
Kelas Mammalia (Mamalia), Aves (burung), Reptilia (reptil), Amphibia (amfibi) dan Pisces (ikan) membentuk filum Chordata. Filum Chordata adalah salah satu filum dari kingdom Animalia (hewan). Sebagai contoh, klasifikasi macan tutul dari takson tertinggi ke terendah adalah sebagai berikut.
Kingdom:Animalia
Filum:Chrodata
Kelas:Mammalia
Ordo:Carnivora
Famili:Felidae
Genus:Panthera
Spesies:Panthera pardus

Sistem Tata Nama Makhluk Hidup


Segala hal memiliki sebutan atau nama. Nama antara lain diperlukan untuk memudahkan komunikasi. Misalnya, jika seseorang menyebut pisang, orang lain yang mengerti bahasa Indonesia akan memahaminya. Karena nama berhubungan dengan bahasa yang digunakan manusia, nama berbagai spesies makhluk hidup mungkin sebanyak bahasa yang digunakan manusia. Contohnya, pisang dalam bahasa Jawa disebut "gedang", dalam bahasa Sunda disebut "cau" dan dalam bahasa Inggris disebut "banana". Berbagai nama untuk pisang tersebut bukanlah nama yang dimengerti secara luas (tidak universal). Penggunaan nama dengan bahasa yang tidak dimengerti secara luas dapat menimbulkan kebingunan dalam berkomunikasi.
Untuk memudahkan komunikasi antar ilmuwan biologi mengenai jenis makhluk hidup, Carolus Linnaeus pada tahun 1975 menciptakan sistem tata nama. Bahasa yang digunakan oleh Linnaeus dalam sistem tata nama adalah bahasa latin. Bahasa Latin dipilih karena pada masa Linnaeus bahasa tersebut adalah bahasa ilmiah yang universal. Linnaeus memberikan sistem tata nama berupa nama ilmiah pada setiap sesies makhluk hidup. Sistem tata nama terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama sebagai nama genus dan bagian kedua sebagai penunjuk spesies. 
Sistem penamaan yang terdiri dari dua bagian ini disebut sistem tata nama ganda atau binomial nomenclature (Latin, bi = dua, nomera = nama). Sistem tata nama ganda juga memasukkan singkatan nama orang yang pertama kali mengidentifikasi suatu spesies makhluk hidup. 
Contoh penggunaan sistem tata nama ganda adalah pisang dengan nama ilmiah Musa paradisiaca L. Nama genus pisang adalah genus Musa, sedangkan penunjuk spesiesnya paradisiaca. Pengidentifikasian pisang pertama kali dilakukan oleh Linnaeus (disingkat L.). Ilmuwan biologi dimanapun akan mengunakan istilah Musa paradisiaca jika berkomunikasi tentang pisang.
Penulisan nama ilmiah memiliki aturan tertentu, yaitu nama genus dimulai dengan huruf besar, sedangkan nama penunjuk spesies dimulai dengan huruf kecil. Kedua bagian nama tersebut digarisbawahi jika ditulis dengan tangan. Jika diketik dengan komputer kedua nama tersebut dicetak miring. Nama penemu ditulis dalam singkatan atau ditulis lengkap di belakang nama penunjuk spesies. Nama penemu ditulis dengan awal huruf besar dan tidak digarisbawahi atau tidak dicetak miring.



Rabu, 02 Oktober 2013

Virus


Virus


Tujuan Pembelajaran


Setelah mempelajari bagian ini, kita diharapkan dapat :
  1. Mendeskripsikan ciri-ciri dan cara replikasi virus
  2. Menjelaskan peran virus dalam kehidupan

Mendengar kata "virus", kita akan mengaitkannya dengan penyakit. Memang benar hampir semua virus menimbulkan penyakit, mulai dari yang ringan seperti flu, sampai yang mematikan seperti ebola, AIDS dan SARS. Pernahkah kamu pikirkan bahwa tampaknya semakin banyak penyakit 'baru' yang ditimbulkan oleh jenis jenis virus 'baru'? Bagaimanakah virus yang awalnya menimbulkan penyakit pada hewan, kemudian dapat menimbulkan penyakit pada manusia, seperti yang terjadi pada avian influenza (flu burung)?
Pengetahuan tentang sifat-sifat virus bermanfaat untuk mengendalikan virus juga untuk mengobati penyakit yang ditimbulkannya. Dalam bagian ini, kamu akan mempelajari sifat-sifat virus dan peranan virus dalam kehidupan manusia.

  1. Pendahuluan

  2. Wacana

    Waspadai Siklus Lima Tahunan Demam Berdarah

    Penduduk Indonesia perlu mewaspadai siklus tahunan demam berdarah di tahun 2003. Peran masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk di lingkungan masing-masing sangat menentukan agar kejadian luar biasa (KLB) tahun 1998 yang menyebabkan 74.200 orang terkena demam berdarah dengue (DBD) 1.414 korban DBD lainnya meninggal tak terulang. Peringatan ini dikemukakan oleh kepala subdirektorat Arbovirosis Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, dr. Rita Kusriastuti, M.Sc.
    Menurut Rita, data kasus DBD mulai masuk dari kota-kota di Jawa, Sulawesi Selatan dan Bangka Belitung. "Sebenarnya DBD ada setiap hari. Akan tetapi umumnya KLB berlangsung bulan Januari - April dengan puncak bulan "Maret", ujarnya.
    Tahun 1999 DBD menurun tajam karena orang masih trauma dengan KLB 1998. Akan tetapi, sejak tahun 2000-2002, kasus DBD meningkat. Pada tahun 2002 saja terdapat jumlah kasus 42.300 dengan kematian 1,2 persen.
    Provinsi rawan DBD antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Di daerah itu, ditemukan empat serotipe virus dengue, yaitu dengue 1 sampai dengan 4, sehingga bisa terjadi reaksi silang yang menyebabkan renjatan (shock) DBD berupa perdarahan yang bisa berakibat fatal.
    Manifestasi infeksi virus dengan beragam. Mulai dari tanpa gejala, demam ringan, demam dengue, demam berdarah dengue sampai sindrom renjatan dengue. Hal terakhir umumnya terjadi jika seseorang pernah terinfeksi salah satu serotipe kemudian terinfeksi serotipe dengue lain (rekasi silang).
    Meskipun demikian, daerah lain juga perlu berhati-hati. Arus transportasi dan mobilitas penduduk yang tinggi bisa meningkatkan penyebaran semua serotipe DBD ke seluruh wilayah Indonesia.
    Faktor yang berperan dalam kejadian DBD antara lain perubahan cuaca. Umumnya dari musim hujan ke musim panas, merupakan saat kepadatan nyamuk pembawa virus DBD (Aedes aegypt dan Aedes albopictus) meningkat. Nyamuk-nyamuk ini berkembang biak di air jernih, sejuk dan gelap.
    (Disarikan dari Kompas, Senin, 24 Januari 2003)

    Dari artikel diatas dapat diajukan pertanyaan sebagai berikut :

    1. Apa yang menyebabkan penyakit demam berdarah?
    2. Mengapa penyakit DB ini berlangsung antara bulan januari sampai dengan April
    3. Apakah yang harus dilakukan untuk mencegah berkembangnya penyakit DB?

  3. Sejarah Penemuan Virus

  4. Penyelidikan tentang objek-objek berukuran sangat kecil dimulai sejak ditemukannya mikroskop oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Amtony Leeuwenhook (1632-1723). Berkat penemuan mikroskop tersebut, berbagai penelitian mengenai objek-objek mikroskopis mulai berkembang. Berbagai penelitian itu kemudian berkembang semakin pesat sejalan dengan perkembangan mikroskop. Mikroskop pertama mampu melihat perbesaran objek hingga 150 kali ukuran asli. Dengan teknik dan susunan lensa yang semakin disempurnakan, mikroskop cahaya mampu melihat objek hingga perbesaran 1000 kali. Kini dengan mikroskop elektron yang mempunyai perbesaran lebih dari 10.000 kali, kita dapat melihat objek mikroskopis dengan lebih detail.
    Perkembangan mikroskop ini mendorong berbagai penemuan di bidang biologi, seperti penemuan sel, bakteri dan partikel mikroskopis yang akan dipelajari berikut, yaitu virus.
    Penemuan virus melalui perjalanan panjang dan melibatkan penelitian dari banyak ilmuwan. Sejarah penemuan virus dimulai pada tahun 1882 dengan adanya penyakit yang menimbulkan bintik kekuningan pada daun tembakau. Seorang ilmuwan Jerman bernama Adolf Mayer mendapatkan bahwa penyakit itu menulari tanaman tembakau lainnya. Meyer melakukan percobaan dengan menyemprotkan getah tanaman yang sakit pada tanaman yang sehat.
    Percobaan itu diulang oleh ilmuwan Rusia, Dmitri Ivanovski. Pada saat itu, lembaga Pasteur di Paris telah berhasil menemukan suatu filter (saringan) yang dapat menyaring bakteri. Ivanovski menyaring getah tanaman tembakau yang sakit dengan penyaring bakteri. Hasil penyaringan kemudian dioleskan pada tanaman sehat. Tanaman sehat tersebut kemudian menjadi tertular. Ivanovski menyimpulkan bahwa partikel yang menyerang tembakau tersebut adalah bakteri patogen yang berukuran sangat kecil atau zat kimia yang diproduksi oleh bakteri tersebut yang lolos dari penyaring bakteri.